Kamis, 08 Mei 2014

Jembatan Cinta Paris :D

 

Kata orang Paris adalah kota yang romantis untuk memadu kasih. Ah, entahlah, apa kata orang. Masing-masing orang tentunya memiliki pandangan dan cara yang berbeda. Lagipula romantis itu tergantung juga pada moment and mood, tidak hanya pada setting. So, bagi saya romatis itu dimana saja bisa, ha ha ha. Akan tetapi mumpung saya memiliki kesempatan yang mungkin tidak akan terulang lagi, sebaiknya saya menelusurinya.
Ketika pertama kali menginjakan kaki di kota Paris- Perancis, nampak Paris begitu padat, berdesak-desakan sejak dari airport, stasuin kereta/metro,  di sepanjang jalan, di objek-objek  wisata hingga ke cafe-cafe dan restorant. Suasana romantis mungkin sedikit terasa ketika malam tiba dan lampu-lampu taman yang menyala, cafe-cafe di sepanjan sungai Seine menyala hingga lampu menara Eiffel berkerlap-kerlip. Bagi kawaulah muda yang sedang kasmaran atau berpacaran mungkin akan lebih merasakan romantisme kota ini ketika berdiri di bawah menara Eiffel yang berelap-kelip setiap satu jam. Saya bersama Julia coba menelusuri jalan-jalan dan beberapa lokasi-lokasi tempat mangkal di kota Paris hingga kami tiba di Pont des Arts alias Jembatan Cinta. Hmmm….Nama jembatan ini pernah kudengar dari beberapa teman senior, tapi tak pernah tahu apa bentuk daripada jembatan ini, hingga berada di Inggris lalu melihat bebarapa foto posting teman di Facebook dan juga penah melihat sebuah foto dengan ratusan gembok yang dipamerkan di ruang perpustakaan University of Birmingham.
Jembatan ini bertulang baja tetapi alasnya hanya kayu yang sudah berusia puluhan tahun, dan tidak dilalui oleh mobil, bus atau sepeda motor, kecuali sepeda, tetapi jembatan ini tidak pernah sepi dari pengungjung setiap harinya. Setiap hari ratusan orang datang berdiri, memotret dan menggantungkan gembok di jembatan ini. Di seluruh dinding jembatan yang berpagar kawat ini telah digantungkan ribuan gembok berbagai jenis, bentuk dan ukuran. Setiap hari ada pasanagn muda-mudi yang datang ke jembatan ini lalu memasangkan gembok mereka dan melemparkan kuncinya ke dalam sungai. Saya dan Julia naik ke atas jembatan itu dan memandangi ribuan gembok-gembok itu terheran-heran, tapi juga cukup menggelitik, ingin ketawa ketika melihat berbagai jenis dan ukuran gembok yang tertancap di dinding jembatan itu, dari ukuran terkecil hingga gembok raksasa XXL, mugkinkah itu tanda besar-kecilnya cinta mereka? Ah, hanya mereka dan Tuhan yang tahu. Saya juga tidak tahu asal mula atau cerita apa yang melatarbelakangi orang-orang hingga datang dan memasang gembok dijembatan ini sebagai, lalu membuang kuncinya dalam-dalam ke dasar sungai, tapi sepertinya patutu dicoba. Hmm…kebetulan kami sedang membawa sebuah gembok kecil senilai 4 Euro yang baru saja dibeli di pedagang kaki lima di tepi sungai dekat jambatan ini. Julia kemudian menuliskan nama kami, lalu kami tancapkan di salah satu sisi utara jembatan cinta ini, lalu kami membuang kunci gembok itu jauh-jauh ke dalam sungai dan tenggelam, semoga gembok itu tergantung hingga suatu saat akan kami temui lagi.
Setelah puas memotret jembatan itu dengan segala keunikannya, saya duduk sejenak di bangku di tengah jembatan dan memandangi orang-orang di atas jembatan itu. Tidak jauh dari saya, ada dua pasang kekasih yang baru saja mengikrarkan cinta mereka di atas jembatan itu, memasangkan gembok di jembatan itu lalu membuang jauh-jauh kunci gembok itu di dalam dasar sungai, mereka tampak berpelukan mesra dan berciuman di atas jembatan itu. Tidak jauh dari saya, ada satu orang laki-laki dan seorang perempuan setengah baya, berjalan memeriksa gembok-gembok di salah satu bagain sisi selatan jembatan itu. Mereka saling berpegangan tangan erat, sepertinya mereka sedang mencari gembok mereka yang dulu pernah mereka tancapkan di atas jembatan ini sebuah wujud dari ikrar cinta mereka kala itu.  Saya teringat kisah Nada dari Banja yang jatuh cinta dengan Relja, seorang opsir Bosnia pada awal perang dunia ke dua. Ketika perang tiba Relja harus pergi meinggalkan Nada, dan ternyata Relja jatuh cinta pada seorang gadis Yunani yang kemudian membuat Relja harus meninggalkan Nada. Nada dengan cintanya yang begitu dalam kepda Relja tidak bisa menerima kenyataan ini, cintanya hanya kepda Relja seoarang, Nada lalu mengunci hatinya hanya kepada Relja dengan padlock di atas jembatan di mana mereka sering bertemu.
Ketika saya  membalikan arah pandangan saya, nampak seorang bapak dan ibu bersama dua orang anak. Anak mereka yang kedua masih kecil, sedang berlari-lari kecil di dekat ibunnya, anak mereka yang pertama sedang duduk di atas kursi roda, kemungkianan anak mereka ini disable. Mereka meneyusuri ribuan gembok-gembok itu, mencari –cari gembok yang beberapa tahun yang lalu  sang ayah dan ibu tancapkan di atas jembatan ini, mereka nampak ceria dan sang ayah tidak henti-hentinya merekam aktvitisa keluarga mereka di atas jembatan itu dengan camcorder.  Nampaknya mereka kembali mencari gembok cinta mereka setelah mereka memiliki dua orang anak. Mereka menemukan gembok itu dan sepertinya mereka menancapkan lagi dua gembok untuk dua anak mereka bergandengan dengan satu gembok yang dipasangkan sang ayah dan ibu beberapa tahun silam. Mungkin ini sebuah harapan agar mereka tetap berkomitmen dan saling mencitai dalam keluraga mereka. Hmmm… semoga …
Bagi saya sulit untuk menjelaskan fenomena ini, tetapi inilah yang sering dilakukan oleh pasangan muda di Paris, atau mereka yang datang berlibur khusus mencari suasana romantis dan mengikrarkan komitmen cinta mereka di atas jembatan ini. Sebetulnya fenomena gembok cinta ini ada terdapat di hampir setiap negera-negara di Eropa bahkan mungkin di Asia. Di Sweden, di sebuah jembatan saya menemukan juga ratusan gembok yang dipasangkan, di Hungary  saya juga menemukan ratusan gembok yang terpasang di Chain Bridge dan Liberty Bridge, di Rialto Bridge Venezia – Italia, saya juga menemukan hal yang serupa.  Tetapi tentunya masing-masing memilki cerita yang berbeda, termasuk  Pont des Arts di Paris ini yang katanya paling dikenal dan memang paling banyak gemboknya  yang pernah saya temui.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar